Rabu, 26 Maret 2014

PERLAWANAN PANGERAN DIPONEGORO

Perlawanan Pangeran Diponegoro
Di Goa Selarong
Oleh : Alousyus Fendi Apriyanto


A.   Pendahuluan
          Perlawanan Pangeran Diponegoro terhadap kolonial Belanda pada tahun 1825 sampai 1830  sangat terkait dengan nama suatu tempat, yaitu Goa Selarong. Goa Selarong merupakan tempat dimana pasukan Diponegoro dan para pengikutnya melarikan diri dari Belanda, selain sebagai persembunyian tempat ini juga dijadikan markas bagi pasukan Diponegoro.
          Goa Selarong adalah saksi sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro dan laskarnya yang digunakan sebagai markas gerilya melawan penjajahan Belanda. Dari area goa inilah Pangeran Diponegoro menyusun taktik dan berdiskusi dengan para pengikutnya dalam upaya melakukan serangan kepada Belanda. Selama bermarkas di Goa Selarong, laskar Pangeran Diponegoro telah diserang tiga kali oleh Belanda, yaitu pada tanggal 25 Juli, 3 Oktober, dan 4 Oktober 1825. Peperangan yang terjadi antara Laskar Pangeran Diponegoro dan Belanda itu dikenal dengan nama Perang Jawa yang berlangsung selama lima tahun, yaitu pada tahun 1825 - 1830.

B.  Goa Selarong
            Goa Selarong terletak di Dukuh Kembang Putihan, Kelurahan Guwosari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul. Goa Selarong ini letaknya kurang lebih 5 km sebelah Barat Laut kota Bantul. Sebelum bernama Goa Selarong goa ini bernama Goa Secang, hal ini disebabkan dahulu dipergunakan Kyai Secang untuk bertapa. Kemudian bernama Goa Selarong sebab berasal dari kata sila-rong. Pada waktu itu Pangeran Diponegoro bersemedi maupun mengatur strategi perang, beliau sila (bersila) di dalam goa, yang artinya bersila di goa. Goa Selarong jumlahnya ada dua yaitu Goa Kakung dan Goa Putri.
            Goa Kakung berukuran 3 × 2 × 1,5 m. Goa Kakung ini merupakan tempat persembunyian dan mengatur strategi perang bagi Pangeran Diponegoro sewaktu Selarong  menjadi markas besar pasukan Diponegoro melawan Belanda. Goa yang kedua adalah Goa Putri, letaknya kira-kira 100 m sebelah kiri Goa Kakung. Goa Putri itu lebih luas dan panjang jika dibandingkan dengan Goa Kakung. Ukurannya 12 × 10 × 1,5 m.
            Pada masa perlawanan Pangeran Diponegoro, Goa Putri dipergunakan sebagai tempat persembunyian para putri dan istri pemimpin pasukan Diponegoro. Goa Selarong letaknya di atas perbukitan padas sehingga sangat strategis dan menguntungkan untuk pertahanan serta mengatur strategi perang. Hal tersebut tentu saja merupakan modal yang sangat penting untuk mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah Belanda. Di Goa Selarong ini dulu banyak diketemukan senjata yang pernah dipergunakan para prajurit pasukan Diponegoro seperti keris, tombak, pedang dan sebagainya. Sekarang senjata-senjata tersebut disimpan di Museum Monumen Pangeran Diponegoro Tegalrejo.
            Pada waktu dilaksanakan peringatan 100 tahun meninggalnya Pangeran Diponegoro tanggal 8 Januari 1995, Goa Selarong mulai dipagar oleh pemerintah. Adapun gunanya adalah untuk mengenang peristiwa bersejarah dan perjuangan Pangeran Diponegoro beserta rakyat melawan penjajah Belanda, memberikan informasi dan pengetahuan pada masyarakat tentang perjuangan Pangeran Diponegoro dan untuk obyek wisata. Atas dasar pengertian tersebut maka dengan dipugarnya Goa Selarong diharapkan supaya generasi muda dan masyarakat lebih mengenal dan menghayati perjuangan untuk dilestarikan dan sebagai sumber daya spiritual bagi pembangunan nasional

C.   Uraian Tentang Peristiwa Sejarah
            Sebagai kita ketahui bahwa pada permulaan abad ke-19 pengaruh Belanda pada Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta makin kuat. Pada masa pemerintahan Deandels terdapat usaha mencampuri urusan tatacara di Kraton. Misalnya, Deandels menghendaki persamaan derajat dengan Sunan atau Sultan pada waktu upacara kunjungan resmi yang diadakan di kraton. Dalam upacara tersebut pembesar Belanda supaya diijinkan duduk sejajar dengan Raja dan sajian sirih supaya dihapus. Raffles meneruskan usaha yang sama terhadap kehidupan kraton. Keadaan yang demikian  menimbulkan rasa kecewa dan tidak senang diantara golongan bangsawan. Mereka menganggap bahwa martabat kerajaan menjadi merosot akibat tindakan Belanda tersebut. Tambahan lagi setelah kebiasaan minum-minuman keras beredar di kalangan bangsawan atau rakyat umum. Kekecewaan dan kekhawatiran di kalangan golongan alim ulama di kraton makin meningkat. Kebiasaan yang timbul dari pergaulan dengan orang barat semacam ini dianggap membahayakan kehidupan agama Sultan dimana golongan alim ulama tidak lagi dipandang sebagai Khalifah.
            Sebelum Pangeran Diponegoro mengangkat senjata melawan Belanda situasi kraton selalu kacau akibat penggantian tahta dari Sultan Sepuh dengan Sultan Raja kemudian kembali lagi ketangan Sultan Sepuh. Timbullah intrik-intrik di dalam kraton yang dilakukan oleh masing-masing pendukung sultan tersebut.
Kasus pengangkatan Wali Sultan Hamengku Buwono V sempat pula menimbulkan perselisihan di kalangan kraton. Disamping itu masih ditambah pula kasus persekutuan jahat antara Residen Belanda di Yogyakarta De Salis maupun penggantinya Smissaert dengan Patih Danurejo IV dan Raden Tumenggung Secodiningrat yang bermaksud menyingkirkan Pangeran Diponegoro dan merongrong kekuasaan Sultan. Hal itu tampak jelas dalam masalah perwalian sultan. Pangeran Diponegoro selalu dikesampingkan dengan cara tidak pernah diajak memecahkan persoalan-persoalan kraton.
            Kecuali itu legitimasi Belanda terhadap Patih Danurejo menyebabkan Ia berpengaruh besar atas sultan. Hal ini terbukti waktu menetapkan pajak-pajak bara dengan alasan menutup kas kerajaan. Padahal masalah tersebut ditentang keras oleh Pangeran Diponegoro. Pertentangan intern bangsawan maupun antara golongan masyarakat mengundang intervensi Belanda. Maka timbullah kelompok pro dan kontra terhadap kekuasaan penjajah baik dikalangan penguasa bangsawan maupun rakyat.
            Padahal kehidupan rakyat benar-benar resah dan menderita akibat sistem ekonomi koloni maupun pungutan berbagai pajak, rodi serta paksaan-paksaan lainnya. Keadaan tersebut menyebabkan rakyat mengharap datangnya semacam mesias atau ratu adil yang membebaskan mereka dari penderitaan dengan pemimpin kearah perbaikan, rakyat melihat Pangeran Diponegoro sebagai ratu adil sehingga mendengar beliau melawan Belanda, rakyat spontan bangkit serentak mengikuti pemimpinnya. Lebih-lebih lagi ajakan dari para ulama mendapat sambutan karena tekanan hidup, sikap anti terhadap kekuasaan asing serta terdorong oleh keyakinan agama. Ikatan tradisional dalam masyarakat untuk ketaatan pada atasan dan pemimpin agama menjadi faktor terpenuhinya sikap tersebut.
            Kebencian meningkat menjadi kemarahan ketika Belanda mencoba membuat jalan melalui tanah milik Pangeran Diponegoro di Tegalrejo tanpa meminta ijin atau membicarakan dahulu dengan beliau. Sebelum jalan mulai dikerjakan dipasang tonggak-tonggak. Oleh orang-orang suruhan Pangeran Diponegoro tonggak-tonggak tadi dicabuti, tindakan ini membuat Belanda marah.
            Kemudian Belanda mengutus Pangeran Mangkubumi memanggil Pangeran Diponegoro untuk datang ke kraton. Akan tetapi Pangeran Mangkubumi sendiri tidak mau kembali ke kraton. Belanda mengutus lagi pangeran yang lain untuk memanggil Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi untuk datang ke kraton. Akan tetapi sebelum utusan tersebut kembali, Belanda telah datang ke Tegalrejo membakar dan menembaki rumah Pangeran Diponegoro. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 20 Juli 1825. Kemudian Pangeran Diponegoro serta Pangeran Mangkubumi dan keluarganya meloloskan diri naik kuda dengan merusak pagar tembok yang terletak disebelah barat pendopo Tegalrejo menuju Selarong. Dengan demikian mulailah perlawanan Pangeran Diponegoro pada tanggal 20 Juli 1825.
            Pangeran Diponegoro menjadikan Selarong sebagai pusat perjuangan dan mengatur siasat perlawanan. Pengikutnya makin bertambah banyak. Para bangsawan, rakyat berduyun-duyun datang ke Selarong untuk menggabungkan diri. Kyai Mojo seorang ulama terkenal dari Surakarta juga menggabungkan diri. Demikian juga Basah Sentot Prawirodirjo ikut membantu perlawanan Diponegoro terhadap Belanda. Semboyan perang Sabil dikumandangkan ke segenap pengikutnya baik yang ada di Selarong maupun yang ada di daerah lain. Bahkan seorang Kyai bernama Hasan Basri diutus Pangeran Diponegoro untuk mengabarkan Perang Sabil di daerah Kedu.
            Pangeran Adinegoro adik Pangeran Diponegoro yang ada di Yogyakarta menyusul ke Selarong dengan membawa 200 prajurit sebagai bantuan. Di Selarong inilah Pangeran Diponegoro membagi tugas untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Pangeran Adinegoro diangkat sebagai Patih dengan gelar Pangeran Suryongiogo, kemudian Pangeran Suryongiogo ini ditugaskan mengadakan perlawanan terhadap Belanda di daerah sekitar Yogyakarta. Pangeran Ontowiryo dengan di dampingi Tumenggung Dani Kusumo diberi tugas melakukan perlawanan di daerah Bagelen. Perlu diketahui bahwa Pangeran Ontowiryo ini adalah putra Pangeran Diponegoro yang kemudian bergelar juga Pangeran Diponegoro. Pangeran Adiwinoto didampingi Tumenggung Joyomustopo ditugaskan memimpin perlawanan di daerah Kowanu. Pangeran Adisuryo dan Pangeran Sumonegoro ditugaskan mengadakan perlawanan di daerah Kulonprogo. Sedangkan di daerah sebelah utara Yogyakarta pimpinan perlawanan diserahkan kepada Pangeran Joyokusumo dan Tumenggung Surodilogo. Pimpinan perlawanan di daerah Yogyakarta bagian timur diserahkan kepada Tumenggung Suryonegoro dan Suronegoro, Somodinigrat serta Joyowinoto.
            Pertahanan markas besar Selarong dan sekitarnya diserahkan kepada Pangeran Joyonegoro, Pangeran Suryodiningrat dan Pangeran Joyowinoto. Adapun perlawanan di Gunungkidul dipimpin oleh Pangeran Singosari dan Pangeran Warsokusumo. Perlawanan di daerah Pajang di serahkan kepada Tumenggung Mertoloyo Wiryokusumo, Surdorejo. Perlawanan di daerah Sukowati dipimin oleh Kartodirjo. Sedangkan Bupati Mangunegoro memimpin perlawanan di daerah Madiun, Magetan, Kediri dan sekitarnya.
            Insiden Teglrejo dengan cepat sampai ke Batavia. Gubernur Jendral Van Den Capellen menugaskan Jendral De Kock untuk mengatasi perlawanan Diponegoro. Jenderal De Kock tiba di Semarang pada tanggal 29 Juli 1825 dan tiba di keraton Surakarta tanggal 30 Juli 1825. Sri Sultan Paku Buwono bersedia membantu Jenderal De Kock untuk memadamkan perlawanan Pangeran Diponegoro.
            Untuk memadamkan perlawanan Pangeran Diponegoro di sekitar Yogyakarta Belanda mendatangkan pasukan dari Semarang. Sesampainya di desa Logorok bala bantuan yang dipimpin Kapten Keemsius diserang oleh pasukan Pangeran Dionegoro di bawah pimpinan Mulyosentiko. Sebagian besar pasukan Belanda yang berjumlah 200 orang meninggal, senjatanya dirampas beserta uang 50.000 Gulden yang akan disampaikan kepada Residen Yogyakarta. Barang rampasan ini kemudian dibawa ke Selarong. Kemenangan pasukan Pangeran Diponegoro ini terjadi pada akhir Juli 1825.
            Mendengar kemenangan pasukan Pangeran Diponegoro di Logorok membuat rakyat makin bersemangat menentang Belanda. Keluarga Keraton Yogyakarta menjadi ketakutan lalu berlindung di dalam benteng Belanda. Banyak alim ulama keraton meninggalkan keraton danikut berjuang dengan pasukan Pangeran Diponegoro.
            Belanda berusaha untuk mengadakan serangan balasan. Pasukan Belanda di bawah pimpinan Jenderal De Kock mengadakan serangan besar-besaran ke markas besar Selarong. Serangan besar-besaran ke Selarong ini dilaksanakan pada tanggal 2 dan 4 Oktober 1825, namun Selarong sudah kosong ditinggalkan oleh Pangeran Diponegoro. Setiap kali Selarong di serang Belanda, Pangeran Diponegoro dan pengikutnya bersembunyi di Goa Selarong. Begitu Belanda meninggalkan Selarong maka Pangeran Diponegoro kembali lagi ke Selarong. Hal ini disebabkan Pangeran Diponegoro menggunakan siasat perang gerilya dan sedapat mungkin menghindari perang besar-besaran. Demikianlah sampai beberapa kali Belanda selalu gagal untuk menangkap dan mengalahkan Pangeran Diponegoro.
            Oleh karena markas besar Selarong tidak aman lagi, maka Pangeran Diponegoro memindahkan markas besarnya ke Dekso. Meskipun Pangeran Diponegoro masih menggunakan Selarong sebagai benteng pertahanan. Pernah Selarong diseran dan diduduki oleh pasukan Mangkunegara. Akan tetapi ini tidak lama sebab pada tanggal 4 Agustus 1826 Selatong berhasil direbut oleh pasukan Pinilih dan pasukan Mulkyo.

C. Penyerangan Belanda Terhadap Selarong
            Selama Pangeran Diponegoro bermarkas di Selarong mendapat serangan dari pasukan Belanda sebanyak 3 kali :
Pertama :
Tanggal 25 Juli 1825 oleh pasukan yang dipimpin Kapten Bouwens. Serangan ini merupakan balasan terhadap penyergapan yang terjadi di desa Logorok dekat desa Pisangan. Serangan ini tidak membawa hasil karena Selarong di kosongkan.
Kedua :
Pada akhir September, serangan besar-besaran dari pasukan Belanda ini yang dipimpin oleh Mayor Sellewijn dan Letnan Achanbach. Di samping itu dibantu oleh pasukan-pasukan Jawa dan Madura yang dipimpin oleh Panembahan Sumenep, Pangeran Purbaya, Pangeran Harya Mataram, Pangeran Suryadinigrat, Pangeran Suryaningprang dan lain-lain. Sampai di Selarong ternyata Selarong telah dikosongkan. Setelah tahu kosong, maka tempat tersebut ditinggalkan oleh Belanda. Pada hari berikutnya, tanggal 3 Oktober 1825, Pangeran Diponegoro dan pasukannya muncul lagi di Selarong.
Ketiga :
Serangan ketiga tanggal 4 Oktober setelah pimpinan pasukan Belanda diberitahu kalau Pangeran Diponegoro kembali ke Selarong. Akan tetapi, serangan Belanda ini juga tidak berhasil, gagal, karena ketika Belanda menyerang ke Selarong, ternyata telah dikosongkan oleh Pangeran Diponegoro dan pasukannya yang telah mundur kembali ke Yogyakarta.
            Pangeran Diponegoro melaksanakan siasat perang gerilya, tidak melakukan secara frontal. Jika Belnada ke Selarong, Selarong dikosongkan, jika Belanda pergi Pangeran Diponegoro ke Selarong lagi. Jika Belanda menyerang, Pangeran Diponegoro bersembunyi. Persembunyiannya di goa-goa pegunungan sebelah barat desa Selarong di sebelah barat Sungai Bedog. Pimpinan pasukan Belanda tidak mengetahui tempat persembunyian itu.                                       
            
























KESIMPULAN


              Perjuangan Pangeran Diponegoro dalam menghadapi Belanda yang terjadi di daerah Selarong dan sekitarnya  merupakan perjuangan seluruh rakyat jawa, karena tanpa bantuan dari mereka Pangeran Diponegoro dan pasukannya tidak mungkin dapat melawan penjajah Belanda. Selain dari masyarakat sekitar, Goa Selarong juga menjadi faktor penting dari perlawanan Diponegoro, Goa Selarong merupakan tempat dimana pasukan dan pengikut Pangeran Diponegoro bersembunyi dari Belanda, tanpa adanya tempat ini pasukan Diponegoro mudah untuk ditangakap Belanda.
              Perjuangan Pangeran Diponegoro dalam mengusir penjajah Belanda merupakan suatu perjuangan bersenjata yang menggambarkan adanya nilai-nilai kepahlawanan yang perlu dicontoh oleh generasi muda. Di contoh dalam arti meneruskan semangat perjuangannya dalam rangka terwujudnya pembangunan Nasional. Dari rangkaian kisah perjuangan Pangeran Diponegoro memperlihatkan bahwa beliau adalah pemimpin yang sangat di segani baik oleh kawan maupun lawan. Beliau berjuang dengan prinsip tidak mengenal menyerah, sebuah perjuangan yang mendapat dukungan dari semua lapisan masyarakat. Perang yang dilakukan secara spontan untuk melawan terhadap kesewenangan dan ketidakadilan yang dilakukan oleh Belanda kepada Bangsa Indonesia. Kehadiran Pangeran Diponegoro ditengah rakyatnya selalu di dambakan yang kala itu hidupnya sangat tertindas.
              Diponegoro dapat membuktikan dan mampu menyusun starategi perlawanan dalam perang gerilya, yang terorganisir dan  menguasai wilayah yang sangat luas. Pembagian wilayah perlawanan, taktik, dan gerakan bumi hangus serta pemutusan jalur bantuan pasukan dan logistik lawan  adalah bagian dari strategi perangnya. Dengan keberanian yang ada pada dirinya Pangeran Diponegoro tidak hanya mampu bertahan tetapi juga mencari, menyerang kedudukan musuh, dan menguasainya. Perlawanan tersebut sangat merepotkan Belanda. Untuk mengatasi masalah ini  Belanda harus mendatangkan satuan lain, bahkan ada yang khusus di datangkan dari Belanda, dan akibat dari peristiwa ini pula kepala pemerintahan Belanda di Yogyakarta di copot, karena dipandang tidak mampu mengetasi keadaan. Dalam perang Diponegoro dapat menimbulkan korban yang banyak di pihak Belanda, padahal bila di lihat dari persenjataan dan pengalaman bertempur sungguh sangat tidak berimbang apa lagi sumberdaya manusia jauh sangat berbeda.
              Dari perjuangan yang dilakukan Diponegoro dapat dijadikan bukti bahwa Bangsa Indonesia mencintai kemerdekaan dan menentang segala macam bentuk penjajahan. Kita Prajurit Angkatan Darat sebagai generasi penerus harus menghormati dan menghargai jasa Pangeran Diponegoro sebagai pahlawan dan pemimpin rakyat sejati. Beliau lebih senang memilih hidup di tengah–tengah rakyatnya yang hidup sederhana, untuk dapat merasakan penderitaan dan kesukaran yang dihadapi rakyatnya. Pangeran Diponegoro namanya harum, harum, di puji, dan di sanjung, demikian pula jiwa kepahlawanannya pun tetap dikenang hingga saat ini.
              Kita sebagai generasi yang hidup di masa kini dapat kembali mengenang dan mengambil inti makna dari kisah Perang Diponegoro dengan mengambil nilai motivasi juang dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Tekadnya untuk mengenai penjajah adalah merupakan sikap patriot yang sejati dan cinta tanah air.







DAFTAR PUSTAKA


Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugraha Notosusanto. 1983. Sejarah Nasional        Indonesia IV. Jakarta : Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Sartono Kartodirjo. 1973. Perlawanan-Perlawanan Terhadap Kolonialisme. Jakarta. Pusat Sejarah ABRI.

Id.wikipedia.Org/wiki/Pangeran Diponegoro




1 komentar:

  1. Selarong bukan dari kata Sila Rong tapi Pangeran Aryo Selarong atau Adipati Martopuro, Raja III Mataram. Cucu P. Senopati. Anak cucunya sampai sekarang masih banyak di Selarong. Gua Selarong dulu namanya Gua Secang. selarong adalah nama wilayah meliputi 6 Dusun. Kembang putihan adalah tempat Pangeran Diponegoro mendirikan padepokan dan tinggal di sana, di samping tegalrejo sejak 1812. Sejak 1823 sudah disiapkan menjadi markas dan bakal calon tempat kraton jika menang perang.

    BalasHapus