Keluarga jadi benteng pencegahan perilaku
menyimpang anak
Pola asuh yang keliru
dalam keluarga dapat menjadi salah satu pemicu anak-anak jatuh dalam berbagai Tindakan
criminal atau kekerasan, bahkan bisa menjadi mangsa bagi para mucikari
perdagangan manusia.
Pola perilaku yang
menyimpang diketahui dari pola asuuh yang buruk, kurangnya perhatian dari
keluarga. Padahal, atensi dan pola asuh yang baik di keluarga memainkan perang
penting untuk mencegah pola perilaku menyimpang anak.
Sumber permasalahan
bermula dari perasaan tidak nyaman dirumah. Ketidaknyamanan itu bisa terjadi
karena orangtua yang kurang memperhatikan kemauan anak, membatasi, bahkan
terlalu mengekang anak. Keluarga harus memperbaharui pola asuh yang lebih
memberikan kehangatan, perhatian, serta mendengarkan apa yang dirasakan anak. Kenyamanan
itu mesti dihadirkan dan dipastikan bersumber dari rumah dan saat anak sedang Bersama
orang tua.
Membangun dialog dan
saling memberikan kepercayaan kepada anak saya rasa penting. Jangan sekali pun
menempatkan anak sebagai tersangka yang kita hakimi. Jangan sampai anak dilanda
ketakutan, mencari perlindungan, justru jauh dari rumah dan keluarga.
Kegagalan pengasuhan anak
dapat terjadi saat anak kerap mendapatkan kekerasan oleh keluarganya. Anak yang
pernah menerima pukulan, bentakan, pengabaian, ancaman, hingga kekerasan
seksual cenderung memiliki kecerdasan semosi yang lemah. Anak dengan kecerdasan
emosi yang lemah akan mudah menyalahkan orang lain, mudah curiga, mudah
tersinggung, memiliki daya juang yang rendah, dan selalu berpikir negative. Kerentanan
ini akan menguat apabila kekerasan yang didapatkan membekas dalam batin si
anak. Persoalan kehidupan tidak hanya bisa diselesaikan dengan kecerdasan
intelektual, tapi juga kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi ini hanya bisa
didapatkan dari kasih sayang dan cinta kasih.
Istilah selaput kosong
merupakan sebutan yang disematkan untuk keluarga yang mapan secara ekonomi,
tetapi hubungan di dalam keluarga, termasuk dengan anak, terjalin kering. Kondisi
ini membuat anak rawan terpapar pengaruh buruk dari luar rumah. Anak yang sudah
terpapar pengaruh negative mungkin butuh pendekatan penanganan yang berbeda. Mungkin
butuh pendekatan psikologis kepada anak, tetapi pertanyaannya, mungkinkah
mengandalkan orang tua atau keluarga saja? Dalam kondisi tertentu ada keluarga
yang tidak punya kesempatan dan kamauan agar anaknya pulih. Dengan demikian
menurut saya, selain keluarga bisa juga mengandalkan dukungan komunitas
tertentu yang lebih bersifat positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar