Selasa, 21 Maret 2023

Mencegah perilaku menyimpang anak

 

Keluarga jadi benteng pencegahan perilaku menyimpang anak

Pola asuh yang keliru dalam keluarga dapat menjadi salah satu pemicu anak-anak jatuh dalam berbagai Tindakan criminal atau kekerasan, bahkan bisa menjadi mangsa bagi para mucikari perdagangan manusia.

Pola perilaku yang menyimpang diketahui dari pola asuuh yang buruk, kurangnya perhatian dari keluarga. Padahal, atensi dan pola asuh yang baik di keluarga memainkan perang penting untuk mencegah pola perilaku menyimpang anak.

Sumber permasalahan bermula dari perasaan tidak nyaman dirumah. Ketidaknyamanan itu bisa terjadi karena orangtua yang kurang memperhatikan kemauan anak, membatasi, bahkan terlalu mengekang anak. Keluarga harus memperbaharui pola asuh yang lebih memberikan kehangatan, perhatian, serta mendengarkan apa yang dirasakan anak. Kenyamanan itu mesti dihadirkan dan dipastikan bersumber dari rumah dan saat anak sedang Bersama orang tua.

Membangun dialog dan saling memberikan kepercayaan kepada anak saya rasa penting. Jangan sekali pun menempatkan anak sebagai tersangka yang kita hakimi. Jangan sampai anak dilanda ketakutan, mencari perlindungan, justru jauh dari rumah dan keluarga.

Kegagalan pengasuhan anak dapat terjadi saat anak kerap mendapatkan kekerasan oleh keluarganya. Anak yang pernah menerima pukulan, bentakan, pengabaian, ancaman, hingga kekerasan seksual cenderung memiliki kecerdasan semosi yang lemah. Anak dengan kecerdasan emosi yang lemah akan mudah menyalahkan orang lain, mudah curiga, mudah tersinggung, memiliki daya juang yang rendah, dan selalu berpikir negative. Kerentanan ini akan menguat apabila kekerasan yang didapatkan membekas dalam batin si anak. Persoalan kehidupan tidak hanya bisa diselesaikan dengan kecerdasan intelektual, tapi juga kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi ini hanya bisa didapatkan dari kasih sayang dan cinta kasih.

Istilah selaput kosong merupakan sebutan yang disematkan untuk keluarga yang mapan secara ekonomi, tetapi hubungan di dalam keluarga, termasuk dengan anak, terjalin kering. Kondisi ini membuat anak rawan terpapar pengaruh buruk dari luar rumah. Anak yang sudah terpapar pengaruh negative mungkin butuh pendekatan penanganan yang berbeda. Mungkin butuh pendekatan psikologis kepada anak, tetapi pertanyaannya, mungkinkah mengandalkan orang tua atau keluarga saja? Dalam kondisi tertentu ada keluarga yang tidak punya kesempatan dan kamauan agar anaknya pulih. Dengan demikian menurut saya, selain keluarga bisa juga mengandalkan dukungan komunitas tertentu yang lebih bersifat positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar