Menyikapi perkembangan anak jaman now
Malam telah
larut, waktu sudah menunjukkan hampir pukul 12 malam, dan aku masih terjaga
disini sambil ditemani secangkir kopi yang aku dapat dari pasar di pinggiran
kota Jakarta. Menjadi hal yang membingungkan dalam hati yang sangat sulit
diutarakan dengan kata-kata, ketika aku memikirkan apa yang salah dengan dunia
pendidikan kita saat ini, kenapa banyak sekali masalah-masalah yang dihadapi
dunia pendidikan terutama sekolah-sekolah yang ada di Indonesia, baik dari
kasus bully antar sesame teman, menantang guru berkelahi, bahkan yang baru
hangat ini beritanya mengenai pemukulan seorang anak SMA yang memukul gurunya
dan mengakibatkan guru tersebut meninggal akibat luka di kepalanya. Sangat disayangkan
jika dunia pendidikan yang ada sekarang tercoreng namanya akibat hal-hal
seperti itu. Salah siapa ini, apakah semua keslaahan akan dilimpahkan guru
sebagai garda terdepat pendidikan anak di sekolah?
Sekolah
memang sewajarnya memberikan pengajaran bagi anak murid, disamping pengajaran
tentang pengetahuan juga pengajaran tentang budi pekerti dan empati terhadap sesame.
Tapi sepertinya hal tersebut sangat sulit untuk dunia yang sudah berubah ini,
terutama dari segi teknologi dan perkembangan jaman yang ada. Apakah sekolah
akan seperti tahun 80an dimana anak disuruh menghafal dan menulis, jika ada
kesalahan hukuman fisik yang didapat. Zaman sudah berubah begitu juga
peraturan-peraturan tentang dunia pendidikan juga berubah. Guru yang melakukan
kekerasan pada anak muridnya akan mendapat sanksi sesuai dengan pasal 54 UU No.23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa “anak di dalam dan di lingkungan
sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan guru, pengelola
sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga
pendidikan lainnya”. Adapun jenis-jenis kekerasan tercantum pada pasal 69,
yaitu kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Dengan adanya UU seperti itu sudah
tidak ada lagi guru yang berani memukul anak muridnya, sudah tidak ada lagi
gaya member hukuman dengan memukul atau menampar ketika murid tersebut membuat
kesalahan.
Ini
menjadi sebuah dilemma bagi kita semua terutama bapak ibu guru yang mengajar di
sekolah yang mayoritas muridnya bermasalah. Harus dengan cara apalagi
mendisiplinkan anak-anak yang tergolong bandel ketika hukuman fisik dilarang
dalam lingkungan sekolah. Anak-anak tersebut juga semakin berani ketika
menasehati demi kebaikan mereka, mennegur jika mereka berbuat kesalahan. Entah darimana
sifat itu didapat, sepengetahuan saya dulu waktu masih duduk dibangku sekolah
belum pernah saya berani mengatai guru bahkan tidak sopan kepada guru, atau
berani masuk kantor guru dan kepala sekolah. Dulu kantor guru merupakan sebuah
momok yang sangat menakutkan, tidak jarang anak yang masuk kantor guru pasti
ada masalah atau sedang mendapat hukuman. Tapi apa sekarang yang terjadi,
banyak murid yang seenaknya memanggil guru dengan sebutan aneh-aneh, bahkan
berani berkatar kotor meskipun disitu ada guru yang sedang mengajar. Apakah ini
semua kesalahan dari sekolah ataukah guru yang mengajar? Semua harusnya ikut
andil dalam mencetak generasi penerus bangsa kita, tidak hanya sekolah dan guru
saja yang membimbing anak-anak ini untuk maju, tapi peran keluarga dan orang
tua sangat penting untuk tumbuh kembang psikis anak, rasa kasih saying dirumah
pasti berdampak besar dengan perilaku anak disekolah nantinya. Tapi jika
sebaliknya anak tersebut tidak mendapatkan kasih saying dari keluarga, mungkin
saja dia akan meluapkan kekesalannya di sekolah dengan melakukan tindakan yang
tidak benar. Selain keluarga saya kira lingkungan juga sangat penting bagi
tumbuh kembang anak. Lingkungan dimana dia sering bermain ataupun berkumpul
dengan teman-temannya, berpengaruh juga terhadap perilaku si anak. Mungkin kita
tidak bisa menjaga anak setiap hari,setiap jam, ataupun setiap detik. Tapi dengan
kasih saying dari keluarga, orang tua, dan peran guru disekolah perkembangan
psikis anak untuk terjerumus dalam hal-hal negatif bisa dihindari…